Ekoteologi Bagian dari Trilogi Kerukunan Jilid 2

 

    Menag Nasaruddin Umar  (kemenag.go,id)

Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar memperkenalkan konsep trilogi kerukunan jilid dua (II) tentang pentingnya kerukunan antara manusia dan lingkungan alam semesta. Konsep trilogi kerukunan jilid dua (II) ini adalah kelanjutan dari Trilogi kerukunan jilid pertama (I) . Seperti diketahui Trilogi kerukunan jilid pertama (I) mencakup kerukunan internal umat beragama, antarumat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah.

Konsep Trilogi Kerukunan Jilid II ini mencakup: kerukunan antarsesama manusia, kerukunan antara manusia dan lingkungan alam semesta, dan kerukunan antara manusia dan alam untuk ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa .

Sebelumnya, Kementerian Agama RI memperkenalkan gerakan ekoteologi nasional yang merupakan kajian teologis yang membahas hubungan antara agama dan lingkungan atau teologi lingkungan. Penguatan ekoteologi menjadi satu dari delapan (asta) program prioritas Kementerian Agama yang tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 244 Tahun 2025 tentang Program Prioritas Menteri Agama Tahun 2025-2029.

Sebagai tindak lanjut, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama juga telah menerbitkan edaran No. 182 Tahun 2025 tentang Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa dalam rangka peringatan Hari Bumi ke-55. Gerakan ekoteologi ini melibatkan kerja sama lintas kementerian. Seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk penyediaan bibit pohon, pemerintah daerah dan kelompok tani dalam pelaksanaan di lapangan.

Sebagai bentuk implementasi, Kementerian Agama menggagas Gerakan Ekoteologi. Pendekatan keagamaan yang mendorong kepedulian lingkungan berbasis nilai-nilai spiritual. Kementerian Agama mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pemuka agama dan pemimpin daerah, untuk menjadikan nilai-nilai ekoteologi sebagai bagian dari gerakan bersama merawat bumi. pelestarian lingkungan dan pencegahan kerusakan iklim demi generasi mendatang.

“Sudah saatnya bangsa Indonesia meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Ia memandang dalam menghadapi tantangan zaman pada saat ini yang terus berkembang, diperlukan penguatan dimensi spiritual dan ekologis, yang kemudian menjadi landasan utama dari trilogi kerukunan jilid dua itu. Bahwa lingkungan bukan sekadar objek eksploitasi, melainkan juga bagian dari makhluk ciptaan Tuhan yang ikut bertasbih dan memiliki peran dalam keseimbangan kehidupan di bumi ini,” ucap Menag saat memberikan Berbagai dalam Silaturahim Nasional Ormas-Ormas Islam dan Halal Bihalal Idul Fitri 1446 Hijriah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Asrama Haji Jakarta, Kamis. (24/4/2025).

“Sudah saatnya kita memperluas pemahaman kerukunan. Bukan hanya hubungan sosial tapi juga hubungan kita dengan alam. Lingkungan adalah ciptaan Tuhan yang juga bertasbih dan berperan menjaga keseimbangan bumi,” ujar Menag.

 

Posting Komentar

0 Komentar