Adaptasi Dunia Pendidikan di Era VUCA*

Ada seorang bijak berkata history repeats itself yang artinya, semua yang terjadi saat ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Pandemi Covid-19 dengan berbagai macam mutasinya telah memporakporandakan berbagai bidang kehidupan dan tentu saja pandemi ini bukan barang baru bagi umat manusia. Hal yang menakjubkan ialah manusia mampu beradaptasi dan berhasil menaklukkan badai kehidupan ini.

Setelah pandemi flu Spanyol 1918, terjadilah resesi ekonomi 1930 dan perang II 1939 kemudian lahirlah perang dingin 1947. Pada masa perang dingin, Dinas militer Amerika Serikat menciptakan konsep VUCA untuk menggambarkan situasi geopolitik. Konsep VUCA ini merupakan akronim dari kata Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks), dan Ambiguity (tidak jelas). Berada dalam kondisi VUCA ini membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi secara tepat, cepat dan efisien. Setiap orang dituntut untuk menjadi lincah, cepat dan cekatan.

Di masa pandemik Covid-19 ini, konsep VUCA juga terjadi di dalam bidang pendidikan. Kebijakan kemendikbud yang diterjemahkan oleh dinas pendidikan selalu berubah menyesuaikan kondisi terkini dengan mengedepankan keselamatan peserta didik. Tantangan yang dihadapi peserta didik semakin kompleks. Ketidakjelasan arah pendidikan pada masa pandemi ini mendorong peserta didik untuk melakukan heutagogi (Self-Determined Learning).

Cara berdaptasi di Era VUCA

  1. Hadapi Volatility (Pergejolakan) dengan Fleksibilitas

PPKM yang fluktuatif ini sangat meresahkan. Terlebih ketika peserta didik harus dihadapkan dengan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka(PTM) terbatas. Dalam kasus tertentu satu hari masuk, hari berikutnya pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) semua tergantung pada proses pembelajaran di sekolah. Apabila ada peserta didik yang terjangkit Covid maka keesokan harinya berubah menjadi PJJ. Oleh sebab itu, cara yang efektif untuk beradaptasi dengan pergejolakan ini adalah dengan “fleksibilitas”. Peserta didik harus menjadi seorang yang fleksibel dan mudah beradaptasi dengan situasi yang berbeda.

  1. Beralih dari Uncertainty (Ketidakpastian) ke Memahami

Respon pertama yang dilakukan manusia dalam menghadapi ketidakpastian adalah ketakutan dan hal ini kadang memicu lahirnya perlawanan atau pemberontakan. Lahirnya ketidakpastian dalam PTM terbatas menimbulkan ketakutan untuk masuk sekolah. Hal ini wajar agar tidak terjangkit corona di sekolah. Namun kita harus belajar memahami situasi kondisi yang ada. Seperti dalam memahami materi yang dijelaskan dalam PJJ dirasa kurang efektif atau sering terdistraksi, mau tidak mau kita harus masuk sekolah agar memahami materi yang diajarkan guru dan menanyakan langsung bagian mana yang dirasa kurang dipahami. Oleh sebab itu, kita harus belajar menghadapi ketakutan dan berdamai dengan keadaan yang ada dengan cara memahami kondisi internal dan eksternal kita.

  1. Mengatasi Complexity (Kompleksitas) dengan Membangun Koneksi

Pandemi ini melahirkan permasalahan yang kompleks di dunia pendidikan kita pada hari ini. Beruntung kita hidup di zaman revolusi industri 4.0 yang identik dengan perkembangan teknologi yang sangat canggih dengan kecepatan internet yang semakin kencang. Untuk itu, kita harus memanfaatkan teknologi ini untuk membangun koneksi. seperti kutipan yang berbunyi  “Your Network is Your Asset”. Pada zaman dahulu kita terbatas pada ruang dan waktu, berkat lahirnya teknologi dan internet, sekat itu bisa diminimalisir. Kita bisa terkoneksi dengan dunia luar dalam waktu yang sama dengan ruang yang berbeda dengan tujuan yang sama yakni bertumbuh bersama.

  1. Mengatasi Ambiguity (Ambiguitas) dengan Agility (Kelincahan)

Di Era VUCA ini, kecerdasan bukan menjadi hal utama untuk menjadi sukses melainkan kemampuan seorang untuk berubah atau survival of the fittest adalah hal penting untuk dimiliki. Gabungan antara kecerdasan dan kemampuan untuk berubah secara cepat disebut dengan Learning Agility. Menurut Eichinger, Lombardo, dan Capretta, dalam jurnalnya yang berjudul FYI for learning agility yang terbit pada tahun 2010, Learning Agility merupakan kemampuan untuk belajar dari pengalaman yang kemudian diterapkan dalam bekerja dengan baik pada kondisi yang baru. Menurut mereka, Learning Agility terbagi dalam empat dimensi yakni

  1. Mental agility yakni orang yang berpikir tentang permasalahan dari sudut pandang baru dan merasa nyaman dengan ambiguitas, kompleksitas, dan mampu menjelaskan pemikirannya kepada orang lain
  2. People agility yakni orang yang memahami dirinya dengan baik, belajar dari pengalaman, saling membangun dan tangguh dalam menghadapi tekanan perubahan
  3. Change agility yakni orang yang serba ingin tahu, memiliki gairah atas ide-ide besar dan terlibat dalam aktifitas peningkatan keterampilan.
  4. Results agility yakni orang yang mendapatkan hasil di bawah kondisi yang sulit, menginspirasi orang lain, dan membangun kepercayaan diri orang lain dengan kehadirannya.

Oleh sebab itu, di era VUCA ini kita harus mempunyai kemampuan learning agility yang baik agar kita tetap relevan dengan perubahan zaman yang tidak menentu ini.

TIPS Belajar di Era VUCA

Dalam mengembangkan kemampuan learning agility kita bisa melakukan pendekatan heutagogi atau Self-Determined Learning dalam belajar dan pembelajaran. Heutagogi sendiri merupakan pendekatan tentang belajar yang ditentukan oleh diri pembelajaran sendiri. Untuk itu cara belajar yang efektif di Era VUCA yakni

  1. Menyadari bahwa saya membutuhkan ilmu untuk bekal kehidupan dan masa depan
  2. Mengetahui kemampuan diri dalam belajar, apakah saya ini seorang visual, auditori, atau kinestetik
  3. Sebelum kelas berlangsung, harus membaca materi yang sudah diberikan saat asinkronus
  4. Materi yang diajarkan guru harus dipahami dan dimengerti bukan dihafal
  5. Perbanyak diskusi dengan guru dan teman untuk memahami materi yang belum dikuasai
  6. Hindari plagiasi atau copy-paste materi dan jawaban di internet tanpa diverifikasi kebenarannya
  7. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain karena cara belajar dan proses memahami setiap orang itu berbeda. Fokus kepada perkembangan diri sendiri, bukan kepada orang lain
  8. Hindari penundaan atau procrastination
  9. Miliki growth mindset dalam hal apapun
  10. Terus berlatih karena pengulangan merupakan ibu dari keahlian

*Ditulis oleh Jeffry Dwi Kurniawan, M.Pd.(Praktisi Pendidikan)

Posting Komentar

0 Komentar